Senin, 18 Juni 2012

Pola Makan Rasulullah

Bagaimanakah cara beliau makan? Kombinasi makanan yang bagaimana yang bisa menimbulkan/mengganggu kesehatan? Bagaimana kebiasaan beliau sebelum-saat dan sesudah makan? Tentunya semua petunjuk beliau adalah terbaik bagi kesehatan kita.

Cara duduk beliau adalah dengan cara duduk yang paling bermanfaat  dan yang terbaik saat makan. Karena seluruh organ tubuh berada pada posisinya yang alami sebagaimana diciptakan oleh Alloh. Selain kandungan cara duduk ini terhadap adab-adab yang mulia. Makanan akan terkonsumsi dalam kondisi terbaik seandainya seseorang menyantapnya dalam posisi yang sealami mungkin. Itu hanya bisa terjadi kalau seseorang duduk dengan tegak lurus. 



Cara duduk yang terburuk saat makan adalah dengan bersandar kearah samping, karena usus kecil dan berbagai organ metabolisme menyempit dalam kondisi demikian, sementara lambung sendiri tidak berada pada posisinya yang alami, karena posisinya justru tertekan ke lantai, sementara di belakangnya punggung dengan dibatasi beberap organ tubuh metabolisme dan organ pernapasan. Diriwatkan denganshahih bahwa Rosululloh bersabda: “Aku tidak akan makan sambil bersandar”, beliau juga pernah bersabda: “Sesungguhnya aki duduk sebagaimana layaknya seorang hamba duduk. Aku juga makan sebagaimana hamba makan.”
Beliau biasa makan dengan menggunakan tiga jarinya. Itu cara terbaik dalam makan. Makan dengan menggunakan dua jari atau satu jari amatlah tidak nyaman bagi orang yang makan, tidak menyenangkan dan akan mencapai waktu lama untuk bisa membuat kenyang. Sementara organ-organ pencernaan juga tidak merasa nyaman saat menyambut suap demi suap. Sementara makan dengan menggunakan lima jari apalagi ditambah dengan telapak tangan, akan menyebabkan makanan menyerbu lambung dan organ-organ pencernaan. Bisa jadi seluruh organ tersebut akan kepayahan dan menyebabkan kematian. Atau setidaknya menyesakkan lambung dan organ pencernaan lainnya sehinnga lambung sendiri tidak mampu untuk menahannya.


Rosululloh tidak pernah menggabungkan antara susu dengan ikan, antara dua jenis makanan yang sama-sama panas, sama-sama dingin, sama-sama lengket, sama-sama berserat kasar, sama-sama berunsur pencahar, sama-sama kental atau cair. Beliau juga tidak pernah mencampur adukan antara dua jenis makanan yang tidak mungkin dicampur, antara dua jenis makanan yang berunsur saling berlawanan, antara yang berserat kasar dengan yang berunsur pencahar, antara yang sulit dicerna dengan yang mudah dicerna, antara makanan yang dipanggang dengan yang dimasak. Beliau juga tidak mau menyantap makanan yang masih panas, atau makanan kemarin yang dihangatkan keesokan harinya, atau makanan yang berbau amis dan terlalu asin, seperti makanan yang diawetkan, acar dan ikan/daging asin. Karena semua jenis makanan tersebut memang berbahaya dan dapat mengganggu kesehatan dan kondisi tubuh yang prima.
Beliau terkadang menyempurnakan gizi sebagaian makanan dengan makanan yang lain. Beliau menyempurnakan makanan yang panas dengan yang berunsur dingin, yang kering dengan yang berunsur lembab, contohnya saat beliau menyantap timun dengan kurma.
Beliau juga memerintahkan agar kita bersantap malam meskipun hanya dengan segenggam kurma. Beliau menyatakan, “Meninggalkan makan malam bisa mempercepat penuaan”(HR. at-Tirmidzi, ibnu Madjah).
Beliau juga melarang tidur setelah makan. Oleh sebab itu diantara saran kalangan medis adalah bila seseorang ingin menjaga kesehatannya, setelah ia bersantap malam hendaknya ia berjalan beberapa langkah, baru tidur setelahnya. Bahkan kalangan dokter Muslim menganjurkan setelah makan malam sebaiknya shalat terlebih dahulu.
Beliau tidak terbiasa minum saat makan, terutama sekali apabila airnya dingin atau panas. Minum air saat lelah atau habis berolah raga juga tidak baik, demikian juga sehabis berhubungan badan, selesai makan langsung, atau sesudah makan buah-buahan, meskipun pada sebagian makanan hampir tidak menjadi masalah. Demikian juga sesudah keluar dari kamar mandi atau saat bangun tidur. Semua hal tersebut dapat mengganggu kesehatan. Kebiasaan sama sekali tidak bisa dijadikan alas an, karena itu kebiasaan buruk yang bisa dirubah.
Maraji: Kitab Methode pengibatan nabi/ath-Thib an-Nabawi, Ibnu Qayyim al-jauziyah.

http://rherbalshopalami.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman